Rain aku bahagia (4)

Kala rindu menyapa ku
Aku diam bagai terperangkap. Tak sama sekali mampu berbuat.
Aku ingin bergerak dan melihat namun takut air mata lebih dulu terlihat.
Aku ingin menyampai kan nya namun aku merasa tak lagi mampu untuk mendengar suara nya.
Aku hanya bisa mengenang dengan senyum dan air mata.
Andai aku bisa menyampaikan, kenapa kau gores luka itu lagi.
Kini aku tak tahu keadaan ku.
Apakah luka itu semakin besar atau bisa kembali di pulih kan.
Saat saat tertentu aku begitu merindu, namun saat2 tertentu pula luka itu kembali menyapaku .
Kini Aku tak tahu rasa ku.
Andai boleh aku bertanya? Kenapa kau lakukan itu pada hal yang telah kita perjuangkan lama.
Kau tahu perjuangan ku akan hubungan itu, dan sudah banyak yan ku hadapi, sampai aku yakin dan berani membangun mimpi di kemudian hari.
Namun tidak, kau membangun kan aku dan menyadarkan bahwa selama ini mimpi itu hanya bayangan semu, hanya harapan ku seorang saja, aku dengan doa dan perjuangan ku sendiri.
Kini aku tak tahu keadaaan ku.
Jatuh kali ini benar2 teramat dalam.
Sulit untuk ku kembali bangun.
Mimpi mimpi yang tersusun indah seketika pecah tak terelakkan.
Katakan, apakah aku harus menyusun sendiri mimpi itu hingga tangan ku pun kembali terluka, atau ku biarkan mimpi itu hancur berantakan dan meninggalkan lara yang terus menyapa.
Tidak, aku tak mampu berdiri sendiri. Aku tak mampu menyusun mimpi itu lagi. Karna dulu mimpi itu milik "kita" bukan "aku".
Jangan khawatir, aku sedikit demi sedikit kan mencoba untuk bangun dari tidur ku.
Pergilah dengan bahagia mu, dengan cara yang kau inginkan.
Anggap aku tak pernah hadir dalam lembar cerita mu.
Biarkan aku dengan rasa ku. Biarkan aku dengan luka ku. Biarkan aku dengan derita ku. Biarkan aku dengan sedih ku.
Melihat mu dari kejauhan, mengetahui keadaan mu baik-baik saja dan menyaksikan kebahagiaan mu di luar sana ku rasa cukup lah membuat ku lega.
Jangan sampai kau ikut merasakan sakit itu. Cukup aku, cukup aku.
      
                             -with love-
0 Responses