Mama, i love you

Betapa tidak. Kini aku telah berusia 22 th dan satu bulan lagi menuju 23 th. Angka yang tidak bisa dibilang remaja lagi. Kini aku telah bekerja menjadi pendamping pkh dari kementrian sosial. Ini mungkin Allah kabulkan keinginanku. Tanpa sadar, dulu aku sering membayangkan, menginginkan dan mengatakan jika aku ingin bekerja di bidang sosial, yang berbaur dengan masyarakat kecil, melakukan pemberdayaan, dan pergi ke sana ke mari tanpa duduk diam di depan laptop menghadapi segudang laporan atau angka. Aku mencintai dunia sosial. Tanpa sadar hal ini ku lakukan sejak aku sma. Yang saat itu aku menjadi ketua PMR di salah satu sekolah menengah pertama. Disana aku diolah menjadi manusia yang harus peka rasa, yang tidak memikirkan diri sendiri, namun lebih kepada kepentingan bersama, tiap malam aku tidak bisa tidur karena aku harus memikir kan hal apa yang harus ku sampaikan, apa yang harus ku perbuat dan apa yang harus ku beri, untuk mereka adik2 penerus kami. Tujuan ku saat itu tidak muluk, aku ingin adik2 ku merasakan bahwa organisasi yg mereka ikuti bisa menjadi keluarga kedua. Bisa menjadi tempat ternyaman, bisa mencari dan menambah saudara, dan bisa bertahan apa pun keadaan nya. Aku bisa melewati nya ternyata, walau tidak ada pengetahuan spesifik untuk menjadi seorang pemimpin. Namun aku banyak sekali belajar, disana aku belajar berbicara di depan umum. Belajar tegas dan belajar mengolah rasa. Hingga waktu nya aku kelas 3 dan disana akan ada perpisahan, kami melakuka bakti sosial ke panti asuhan dan disana aku merasa sangat bahagia.aku mencium anak yatim piatu itu, ku pandangi wajah mereka yang teduh.aku bahagia sekali, hingga terbesit dalam hati 5 tahun lagi aku akan kembali ke sini dalam keadaan sukses, dan aku ingin kembali berbagi pada mereka. Waktu terus bergulir hingga aku masuk perguruan tinggi jurusan sosial ekonomi pertanian, lagi lagi tanpa sadar ada sosial nya. Aku mulai menggeluti dunia baru ku. Dan aku mulai masuk di berbagai organisasi, dan salah satu nya himpunan jurusan. Ada bidang sosmas nama nya, sosial ekonomi pertanian. Sama, fikiran ku simple saja, aku ingin mengajar anak2 dan berbaur dengan masyarakat pinggiran. Setahun kemudian aku dipercaya untuk menjadi ketua departemen sosmas. Aku tidak siap, apa yang harus ku lakukan, ini lebih berat ketika selagi dulu aku Sma. Semua ku jalani, disini dunia ku lebih luas lagi, aku mulai belajar menjalani kerjasama dengan teman2, kades, dan bidang terkait lain nya. Aku bisa melewati semua nya, walau begitu banyak airmata dan lelah yabg tercurah. Agustus aku lulus dan januari aku bekerja di kemensos untuk ppkh. Jujur, saat ini aku sedang menghadapi masalah. Gejolak batin untuk menghadapi dan melawan sikap yang buruk ini. Entah sejak kapan aku begitu cengeng, aku begitu mudah terjatuh dan emosi, aku mudah sekali panik dan takut. Terhadap mereka ibu ibu yang ku bina aku tidak takut, cuma aku takut menghadapi mereka yang memiliiki jabatan atau orang2 yang lebih berpengalaman dari ku. Karena, ku merasa aku blm berpengalaman, aku tidak tau apa2, aku takut salah, aku takut dimarah, dan semua ketakutan seketika muncul. Aku takut untuk menghadap aku takut ini dan itu. Jujur dunia yang sekarang ku hadapi lebih luas dan kompleks. Aku belum bisa ber adaptasi, aku kurang percaya diri. Sektika perasaan ku bisa berubah panik, takut dan emosi, setelah itu aku pasti menangis. Dan setelah menangis baru aku bisa berfikir jernih, dan bisa lebih kuat lagi. Jujur ini sifat yang tidak bisa di biarkan. Aku harus melawan diri ku. Ini sifat yang tidak seharus nya ada. Pun aku tidak menyadari sejak kapan aku berubah jadi penakut, cengeng dan labil. Bukan kah diusia sekarang ini justru hal itu sudah berkurang. Ini justru kebalikan. Waktu sma smp aku menangis bisa dihitung jari, aku tidak takut pada siapa pun, dan rasa lebih bisa di kontrol. Aku butuh orang2 yang bisa meyakin kan ku bahwa aku bisa. Bahwa aku harus percaya diri. Bahwa aku berani dan aku kuat.

Dan semua itu diberikan oleh sosok seorang ibu. Mama yang luar biasa. Selalu mengajari dan mencontohkan cara menghadapi orang. Selalu menguatkan, dan selalu membantu ku keluar dari permasalahan. Oarang yang paling benci melihat aku menangis. Dan aku sampai saat ini, semua yang ku lewati bukan semata karena usaha ku tapi lebih besar dari itu. Karena doa dan perjuangan mama. Doa nya yang tulus dan cara mendidik nya dengan penuh kasih sayang. Tegas dan menyejukkan. Maama, aku mencintaimu, aku berjanji aku akan membahagia kan mu, aku akan berusaha mewujudkan semua keinginan dan harpan mu, aku berjanji untuk bisa menjadi anak yang kuat, yang tidak mudah menangis dan menjadi lebih dewasa lagi. Yang tidak mudah terpancing oleh suasana. Betapa aku mencintaimu ma. Aku tidak ingin melihatmu bersedih, apa pun akan ku lakukan untuk mama bahagia dan meridhoi setiap langkah yang ku jalani. Love you

0 Responses